Senin, 04 Juli 2011

Kesetiaan dan Cinta

Saya nulis ini bukan karena saya lagi jatuh cinta , lagi patah hati, atau lagi frustasi karena cinta. Bukan… bukan salah satu di antaranya tapi saya mungkin sedang merasakan ketiga-tiganya.

Dulu bagi saya, kesetiaan adalah segalanya dalam hal percintaan. Mungkin saya tidak bisa mengungkapkan secara langsung bahwa, “ini loh sayang, saya sangat setia kepadamu”. Saya melakukan hal yang lain, seperti bilang padanya bahwa ada seseorang yang lagi naksir berat sama saya. Saya menceritakan detail A sampai Z sama pacar saya itu. Saya berharap dia bisa lebih menghargai saya sekaligus merasa beruntung bahwa saya yang ditaksir sama orang, lebih memilih dia yang nggak begitu peduli sama saya. Saya tidak tahu betul apa yang ada dalam benak saya, mau pamer, mau minta di sayang, apa mau minta di tempeleng. Setelah sekian puluh bulan baru saya tersadar untuk apa, sebegitunya mengatakan sesuatu A sampai Z, toh akhirnya harapan yang saya inginkan tidak tercapai. Wong pada intinya dia nggak nangkep maksud saya. Wong akhirnya setia itu enggak penting.

Cinta, lain lagi ceritanya, cinta enggak selalu berkorelasi positif dengan kesetiaan. Bisa saja sekarang saya bilang, “saya cinta sama sampean” tapi saya tetap saja jalan sama orang lain, bahkan sama pacar orang lain dan bisa juga bilang bahwa saya juga cinta dia.

Bedanya cinta dan setia, kalo cinta belum tentu setia, tapi kalau setia itu pasti “cinta” atau paling tidak sudah ada benih-benih “cinta” lah. Tapi “cinta” yang saya maksud bukan cinta yang jumlahnya ribuan seperti cinta yang banyak berkeliaran dan dianut oleh para penjahat cinta. (Sekarang mungkin saatnya bagi orang – orang untuk menemukan sebuah padanan kata bagi “cinta” yang saya maksud di sini. Karena cinta jaman sekarang bukan lagi sebuah zat yang suci dan bisa mengalahkan segalanya seperti pikiran kanak-kanak saya dulu.)

Nah ini dia perubahan saya, sekarang saya berpikir kalau buat saya, lebih enak memberikan cinta jaman sekarang daripada mendapatkan cinta jaman sekarang. Secara, yang pertama saya seorang jomblo so gak ada keterikatan yang membatasi saya memberikan cinta kepada banyak orang. Kedua, seperti kata orang-orang memberi lebih baik daripada menerima hahaha mekso!.

Alasannya, kalau kita yang memberikan cinta (dengan catatan kita harus tulus) kita akan bebas memberikannya kepada siapa saja (baik teman, sodara atau sahabat), kalau tidak ada sambutan kita tidak rugi. Tinggal kita hentikan saja dan selesai, tapi ada point plus bahwa kita sedang belajar menjadi orang yang peduli sama banyak orang, kalau kita yang ngasih, kita tidak perlu takut kurang atau berlebihan karena nggak ada sistem ikatan seperti pacar. Terlepas dari butuh dan enggak butuh seperti ketika orang satu malam berdiri (silahkan di bahasa inggris-in sendiri) yang emank pengen seneng doank.

“Nah emank elu bukannya nyari seneng sendiri min?” kata si hati nanyain. “enggak, soalnya ada kemungkinan gue sakit hati”. “ya itu resiko eluh, tapi jangan nyengsarain diri lah. Ngapain sih elu nyari susah dengan peduli sama orang-orang yang belum keruan suka kamu peduliin”. Hati yang cerewet, nyerocos. Tapi saya kan melaksanakan sosialisasi seperti kewajiban manusia seutuhnya, saya membela diri. “iya tapi kamu kan nyari enaknya doank.
“Min… min…, sebenernya kamu lakuin ini semua karena kamu memang orang culas atau kamu cuma frustasi karena cinta?”. Kadang hati kecil yang satu ini bikin pertanyaan yang sulit saya jawab.

Tidak ada komentar: