Senin, 04 Juli 2011

Ketidak-sempurnaan dan Keabadian

Biarkan hari ini saya menjadi ‘lebay girl’ (walo saya sudah tidak bisa dibilang girl lagi hehehe biar awet muda cin). mengquote ponakan ketika menyebut teman-teman SMP-nya yang berlebihan baik dalam bersikap, berdandan maupun ketika menghadapi sebuah kondisi.

Seorang IBU bagi saya tak jauh berbeda seperti kita kebanyakan. IBU adalah sesosok manusia yang patut dihormati dan dihargai. Ya okelah, saya ngaku IBU juga kadang menjadi mitra berdebat dan kadang sering saya musuhi.

IBU adalah orang yang melahirkan kita ke dunia (anak-anaknya, bukan anak tetangganya). Orang yang menyusui kita dari lahir (buat sebagian orang. karena ada yang disusukan ke Ibu lain. Ingat! Anaknya lho bukan bapaknya. Dan ada juga yang emank gak doyan susu emak seperti saya ‘makanya gak Cuma duit saya saja yang pas-pasan tapi otak saya juga!).



Ibu buat saya adalah seorang “musuh besar” , ketika usia saya mulai remaja hingga beranjak dewasa. IBU ialah seorang yang memanjakan saya, waktu saya menjelang dewasa (jadi ingat waktu SMA tiap sarapan selalu disuapin mama. Jangan ada yang ketawa!). Ketika saya kuliah IBU adalah mesin Anjungan Tunai Mandiri (ATM) berjalan yang senantiasa memberikan saya keamanan financial, kalau mengambil istilah Orde Baru, ya layaknya seperti Jaringan Pengaman Sosial(JPS) sayalah.
Oke, paling tidak anda sekarang sudah tahu bagaiman gambaran seorang IBU bagi saya. Ini dia kelebaian saya hari ini. Jangan menduga, berspekulasi, jangan berangan ataupun berprasangka!.

Bagi saya, IBU adalah sosok yang mandiri tapi sedikit hipertensi (karena hobi ngomel). Kuat (tahan hidup sama bapak dan saya yang sedikit mangkelake, bukan karena ibu saya keturunan Samson!, sekali lagi bukan!). Walaupun IBU saya agak sedikit sombong namun ia sosok yang bersahaja dan dermawan. Buat saya IBU saya adalah bentuk manusia seutuhnya. IBU bukanlah sosok yang sempurna bagi saya namun IBU abadi. Abadi dalam sanubari serta abadi dalam memberi kasih kepada anak-anaknya.

Ini ilham baru yang datang pada saya. Bisa jadi, ini yang menjadi alasan buat pencipta kata IBU dalam bahasa Indonesia. Mengapa kata IBU. Pernah tidak menanyakan kenapa ya sosok yang saya gambarkan di atas diberi nama IBU bukan Kompresor, bukan Produsen atau kata – kata yang lain?. Begini, sebab dalam kata IBU yang terdiri dari 3 huruf itu, dirasa dapat mendeskripsikan makna ibu.

Masing-masing dua huruf yang berurutan dalam kata IBU, yakni I dan B sama-sama menggambarkan apa yang bisa ia produksi atau keluarkan daripada-nya. Yo kito galo ini loh, laki-laki dan perempuan. Yang satu lurus gak ada bengkoknya (I) seperti tabiat lelaki, yang satu ada lurusnya tapi juga ada lekuk-lekuknya (B) kompleks seperti saya perempuan dan huruf terakhir adalah jalan dari mana makhluk-makhluk yang ia produksi keluar (U) mirip…. Buat yang gak ngerti maksud saya. Harap membaca ulang sekali atau dua kali lagi. Kalau tetap tidak mengerti anggap saja gak pernah baca atau boleh saja kalau menganggap saya gila. Hehehe

Jadi kesimpulannya, IBU adalah di mana I atau B atau I&B atau I&I atau B&B, atau I4&B8 dst. Pokoknya yang mengandung I atau B keluar melalui U.
Pertanyaannya, kalau yang gak I atau B seperti tren jaman sekarang? Keluarnya dari mana?. Nah loh! Bingung de.
Loading…………

Tetot

EROR….

Ya intinya walaupun bukan I atau B kita sebut saja IB. tetep saja dia mengandung unsur I dan B jadi tetep aja keluar dari U. IBU.

Tidak ada komentar: